Izinkan Saya Bercerita Tentang Empat Perempuan Gila

Ternyata tidak perlu adanya penegasan kata “kamu sahabatku” dalam kamus kehidupan ketika kita benar-benar telah menemukan mereka, orang-orang yang kita anggap sahabat.
Dunia ini luas, kawan. Kita bisa bertemu banyak orang. Memahami berbagai macam sifat dengan bentuk lekuk tubuh yang berbeda-beda. Senyum yang tak sama, hingga cara bicara yang tak sama. Dari banyak orang tadi, pasti ada yang membuat kita nyaman. Nyaman berbagi segelas cappucino dingin. Nyaman berbagi sepotong ayam empuk yang membuat perut kita sama sama kekenyangan. Kita bisa berbagi apapun bersama mereka, makanan, minuman, uang, hingga gosip yang tak berharga.
Saya termasuk orang yang beruntung. Dari sekian banyaknya makhluk ciptaan, saya dianugerahkan empat perempuan yang seringkali merindukan saya. Tak jarang saya menyebut mereka perempuan gila. Saya dan mereka bisa menghabiskan waktu sepanjang sore sambil menghabiskan cemilan ayam, kentang, dan pepsi bersama-sama. Perempuan-perempuan ini adalah orang terdekat saya. Mereka bisa membuat saya tertawa terbahak-bahak tanpa peduli lingkungan sekitar, tanpa peduli apakah di sana sedang ada cowok keren apa tidak.
Jika pada suatu hari, Tuhan memberikan saya lampu ajaib lengkap dengan para jin. Mungkin hal yang saya minta adalah agar empat perempuan ini diubah menjadi sosok laki-laki. Ingin sekali memamerkan kepada yang lain bahwa saya ternyata memiliki sosok mereka yang mencintai saya apa adanya.
Waktu memang membuat saya dan mereka semakin dekat. Bila dihitung, kurang lebih sudah delapan tahun kami menjalin hubungan pertemanan. Kami berteman dari SMP. Banyak kejadian gila yang kami alami. Mulai dari perebutan gebetan, saling marah-marahan dengan alasan yang tidak jelas, pergi ke konser Peter Pan lalu tersesat, hingga saling nombok-menombok jika salah satu dari kami  kere alias tidak punya uang ketika makan ayam kalasan. Susah senang sudah kami lewati bersama.
Meski hingga sekarang kami belum betul betul mengenal pribadi masing-masing, tapi kami selalu merasa bahagia dan nyaman. Ya, mereka adalah sahabat bagi saya. Mereka, yang akan selalu menanyakan kapan saya pulang jika saya tidak berada di Kota Padang. Mereka, yang akan selalu mengirimkan pesan-pesan aneh. Mereka yang tidak pernah malu ketika saya mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Dan mereka, yang akan selalu ada ketika saya berulang tahun. Membelikan kue mungil nan enak. Meniupkan lilin, berbagi doa, hingga berharap bahwa persahabatan ini tidak hanya sampai di sini. Iya, empat perempuan ini, mereka, sahabat saya.  
Tulisan ini untuk mereka, para perempuan gila
Padang, 24 September 2014
17.52 WIB 

Komentar